
17 Menit
Memiliki rumah sendiri adalah impian besar bagi banyak generasi muda. Namun, data menunjukkan bahwa di Amerika Serikat, hanya 24% Gen Z yang berhasil membeli rumah pertama—turun drastis dari 50% pada 2010. Kabar baiknya? Di Indonesia, peluang Anda jauh lebih besar. Pemerintah menyediakan berbagai program subsidi dengan kuota mencapai 220.000 unit rumah subsidi di 2025, ditambah subsidi bunga hingga 10% untuk pembelian rumah pertama.
Tantangannya memang nyata: harga properti terus naik, sementara kenaikan penghasilan tidak sebanding. Anda mungkin bingung harus mulai dari mana, berapa dana yang dibutuhkan, atau lokasi mana yang tepat dengan budget terbatas. Artikel ini hadir sebagai panduan lengkap untuk Anda—dari persiapan finansial, pilihan pembiayaan, pemilihan lokasi strategis di kota metropolitan, hingga proses pembelian yang aman. Mari wujudkan impian memiliki rumah pertama Anda di 2025!

Pasar properti Indonesia menunjukkan proyeksi pertumbuhan yang solid di 2025. Nilai pasar real estate diperkirakan tumbuh dari USD 64,78 miliar pada 2024 menjadi USD 85,97 miliar pada 2029, dengan tingkat pertumbuhan tahunan (CAGR) sebesar 5,82%. Pertumbuhan ini didorong oleh stabilitas ekonomi dalam negeri dan kebijakan pemerintah yang mendukung sektor properti.
Khusus untuk generasi muda, tren menunjukkan pergeseran prioritas finansial yang menarik. Sebanyak 22% Gen Z menjadikan pembelian rumah atau properti sebagai tujuan menabung utama mereka, menunjukkan kesadaran yang tinggi akan pentingnya aset properti. Meski ada tren sewa yang meningkat—dengan 38% Gen Z tertarik pada skema rent-to-own—masih banyak yang berkomitmen untuk memiliki rumah sendiri sebagai investasi jangka panjang.
Tahun 2025 menjadi momentum istimewa karena pemerintah meningkatkan komitmen terhadap program perumahan rakyat. Kuota rumah subsidi naik drastis dari rata-rata 200-220 ribu unit per tahun menjadi 220.000 unit di 2025, bahkan ditargetkan mencapai 350.000 unit dalam program 3 Juta Rumah Presiden Prabowo.
Yang lebih menarik, pemerintah menetapkan subsidi bunga KPR hingga 10% untuk plafon kredit Rp 10-100 juta, dan 5,5% untuk plafon Rp 100-500 juta. Subsidi ini berlaku maksimal 5 tahun dan seluruhnya ditanggung APBN. Ini adalah kesempatan emas yang tidak boleh Anda lewatkan!
Sebelum mulai mencari rumah, Anda harus memahami kemampuan finansial dengan jelas. Metode populer yang banyak direferensikan adalah Aturan 50/30/20 yang diperkenalkan oleh Elizabeth Warren: 50% pendapatan untuk kebutuhan pokok, 30% untuk keinginan, dan 20% untuk tabungan dan investasi termasuk DP rumah.
Para ahli merekomendasikan agar cicilan rumah tidak melebihi 30% dari pendapatan kotor Anda. Lebih spesifik lagi, idealnya total utang tidak boleh lebih dari 43% dari pendapatan kotor, dengan cicilan rumah maksimal 28%. Rumus sederhana: jika gaji bulanan Anda Rp 7 juta, cicilan rumah sebaiknya tidak lebih dari Rp 2,1 juta per bulan.
Selain itu, harga rumah ideal berdasarkan pendapatan adalah sekitar 5 kali pendapatan tahunan Anda. Jika penghasilan tahunan Anda dan pasangan gabungan mencapai Rp 100 juta, target harga rumah ideal adalah sekitar Rp 500 juta. Formula ini membantu Anda realistis dalam menentukan budget tanpa membebani keuangan jangka panjang.
Banyak pembeli pemula hanya fokus pada harga rumah dan Down Payment (DP), padahal ada banyak biaya lain yang harus disiapkan. Mari kita hitung secara komprehensif.
Idealnya, DP yang disiapkan adalah 20-30% atau lebih dari harga rumah karena akan mengurangi beban cicilan dan total bunga yang dibayar. Namun, minimal DP sesuai ketentuan bank biasanya mulai dari 10% untuk rumah pertama. Untuk rumah seharga Rp 500 juta, Anda perlu menyiapkan minimal Rp 50 juta hingga idealnya Rp 100-150 juta untuk DP.
Selain DP, jangan lupa alokasikan sekitar 5-10% dari harga rumah untuk biaya-biaya tambahan, yang meliputi:
Biaya Notaris/PPAT: Untuk mengurus Akta Jual Beli (AJB) dan dokumen lainnya
Pajak BPHTB: Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
PPN: Jika rumah baru dari developer
Biaya Provisi KPR: Biaya administrasi bank
Biaya Asuransi: Asuransi jiwa dan asuransi kebakaran
Biaya Balik Nama Sertifikat: Untuk mengalihkan kepemilikan
Untuk rumah Rp 500 juta, siapkan tambahan Rp 25-50 juta untuk semua biaya ini. Total dana yang harus Anda miliki minimal Rp 75 juta hingga idealnya Rp 150-200 juta sebelum memulai proses pembelian.
Menabung DP memang tantangan terbesar. Namun, dengan strategi yang tepat, target Anda bisa tercapai lebih cepat.
Pertama, buat rekening khusus untuk dana DP yang terpisah dari tabungan reguler. Ini mencegah Anda menggunakan uang tersebut untuk keperluan lain. Kedua, otomatisasi transfer bulanan ke rekening DP segera setelah gaji masuk—treat it like a bill, bukan sisa uang yang tersisa.
Ketiga, lakukan efisiensi pengeluaran dengan mengecek kembali pos-pos belanja yang bisa ditekan. Langganan streaming yang jarang dipakai, makan di luar terlalu sering, atau belanja impulsif bisa dikurangi. Keempat, cari tambahan pemasukan melalui side hustle, freelance, atau fokus peningkatan kemampuan dengan mengambil sertifikasi profesional yang bisa meningkatkan gaji.
Jika target DP Rp 100 juta terasa berat, pecah menjadi target jangka pendek. Dengan menabung Rp 2,5 juta per bulan, Anda bisa mencapai target dalam 40 bulan atau sekitar 3,3 tahun. Dengan side hustle tambahan Rp 1,5 juta per bulan, waktu bisa dipangkas menjadi hanya 2 tahun.

Memahami perbedaan antara KPR konvensional dan KPR subsidi penting untuk memilih yang tepat sesuai profil Anda.
KPR Konvensional adalah kredit pemilikan rumah reguler dari bank tanpa subsidi pemerintah. Kelebihannya: pilihan properti bebas (tidak terbatas lokasi atau harga), proses lebih fleksibel, dan bisa untuk rumah second atau baru. Kekurangannya: suku bunga lebih tinggi (sekitar 8-12% per tahun), DP minimal 10-20%, dan cicilan lebih berat.
KPR Subsidi (FLPP) adalah program pemerintah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dengan subsidi dari APBN. Kelebihannya: suku bunga sangat rendah (5% fixed hingga akhir tenor), harga rumah terbatas dan terjangkau, serta bisa dapat tambahan Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM). Kekurangannya: penghasilan maksimal Rp 8 juta untuk yang sudah menikah, harga rumah terbatas, pilihan lokasi dan developer terbatas, serta harus belum pernah punya rumah.
Pilih KPR subsidi jika penghasilan Anda memenuhi syarat dan Anda ingin cicilan paling ringan dengan komitmen jangka panjang. Pilih KPR konvensional jika Anda menginginkan fleksibilitas lokasi dan tipe properti, atau penghasilan Anda di atas batas maksimal subsidi.
Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) adalah program unggulan pemerintah yang sangat membantu pembeli rumah pertama. Tahun 2025, kuota ditingkatkan menjadi 220.000 unit, dengan target jangka panjang 350.000 unit per tahun.
Syarat KPR FLPP 2025:
WNI minimal usia 21 tahun atau sudah menikah, maksimal 65 tahun saat jatuh tempo kredit
Penghasilan maksimal: Rp 6 juta untuk yang tidak kawin, Rp 8 juta untuk yang sudah menikah
Belum pernah memiliki rumah atau menerima bantuan rumah subsidi lainnya
Masa kerja minimal 1 tahun
Memiliki NPWP atau SPT Pajak Penghasilan
Dokumen yang dibutuhkan:
Fotokopi KTP dan KK
Slip gaji atau surat keterangan penghasilan
Surat pernyataan belum memiliki rumah
NPWP (jika ada)
Surat nikah (bagi pasangan menikah)
Cara mengajukan KPR FLPP:
Pastikan Anda memenuhi seluruh persyaratan
Pilih rumah dari developer yang bekerja sama dengan program FLPP
Datang ke bank pelaksana (BTN, BNI, BRI, atau bank lain yang bekerja sama)
Lengkapi dokumen dan isi formulir pengajuan
Tunggu proses verifikasi dari bank (biasanya 2-4 minggu)
Jika disetujui, lakukan akad kredit dan pembayaran DP
Proses pencairan dan serah terima rumah
Suku bunga FLPP sangat menguntungkan: 5% fixed hingga akhir tenor. Untuk rumah Rp 200 juta dengan DP 5% (Rp 10 juta), cicilan KPR selama 20 tahun hanya sekitar Rp 1,2 juta per bulan—jauh lebih ringan dibanding KPR konvensional yang bisa mencapai Rp 1,6-1,8 juta per bulan.

Kabar gembira untuk pembeli rumah pertama! Pemerintah melalui PMK No. 65/2025 menetapkan subsidi bunga hingga 10% untuk mendukung program 3 Juta Rumah.
Detail program subsidi bunga:
Plafon Rp 10 juta - Rp 100 juta: Subsidi bunga 10%
Plafon Rp 100 juta - Rp 500 juta: Subsidi bunga 5,5%
Jangka waktu: Maksimal 5 tahun
Beban: Seluruhnya ditanggung APBN
Subsidi ini diberikan melalui kerja sama antara pemerintah dengan bank penyalur seperti BTN, BRI, BNI, Bank Mandiri, dan bank lain yang mendukung program ini. Jika Anda mengambil KPR dengan plafon Rp 200 juta, subsidi 5,5% ini bisa menghemat ratusan ribu rupiah per bulan dalam 5 tahun pertama.
Contoh perhitungan: KPR Rp 200 juta dengan tenor 15 tahun dan bunga asli 10% per tahun menghasilkan cicilan sekitar Rp 2,15 juta per bulan. Dengan subsidi 5,5%, bunga efektif menjadi 4,5%, sehingga cicilan turun menjadi sekitar Rp 1,53 juta per bulan—hemat Rp 620 ribu per bulan atau Rp 37,2 juta dalam 5 tahun pertama!

Tren terbesar dalam properti 2025 adalah pergeseran ke kawasan penyangga atau buffer zone di sekitar Jakarta. Harga tanah di Jakarta yang melambung tinggi mendorong pembeli rumah pertama, terutama keluarga muda, untuk melirik Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek) yang kini bertransformasi menjadi pusat pertumbuhan baru dengan fasilitas semakin lengkap.
Bekasi menjadi incaran investor karena harga masih relatif terjangkau namun perkembangannya cepat. Kawasan timur Bekasi khususnya dipengaruhi oleh proyek infrastruktur besar seperti Tol Becakayu dan KRL lintas timur. Harga rumah mulai dari Rp 400 juta sudah bisa mendapat tipe 36/60 di lokasi strategis dekat stasiun.
Depok populer berkat harga terjangkau dan lokasinya strategis untuk akses ke Jakarta Selatan. Area seperti Beji, Cinere, dan Sawangan menawarkan suasana lebih tenang namun tetap memiliki fasilitas lengkap seperti Universitas Indonesia, pusat belanja, dan akses commuter line. Harga rumah subsidi di Depok bahkan bisa ditemukan di bawah Rp 300 juta untuk tipe 30.
Tangerang, khususnya BSD City dan Alam Sutera, menawarkan konsep kota mandiri dengan fasilitas super lengkap: sekolah internasional, rumah sakit, mal, hingga kawasan komersial. Meski harga lebih tinggi (mulai Rp 800 juta untuk landed house), nilai investasinya sangat baik karena infrastruktur terus berkembang termasuk LRT.
Bogor menawarkan lingkungan lebih asri dan udara sejuk, cocok untuk keluarga yang menginginkan suasana suburban. Kawasan seperti Cibinong dan Cimanggis dekat dengan Tol Jagorawi dan stasiun LRT Jakarta-Bogor, membuat mobilitas ke Jakarta tetap praktis. Harga rumah mulai Rp 500-700 juta untuk tipe 50-70.
Memilih lokasi rumah adalah trade-off antara aksesibilitas dan budget. Semakin dekat dengan pusat Jakarta, harga semakin mahal namun waktu commuting lebih singkat. Semakin jauh, harga lebih murah namun Anda perlu mengorbankan waktu perjalanan.
Pertimbangan aksesibilitas yang penting:
Jarak ke tempat kerja: Idealnya maksimal 1 jam perjalanan dengan transportasi umum
Akses transportasi massal: Dekat stasiun KRL, LRT, atau TransJakarta sangat menambah nilai
Akses tol: Penting untuk fleksibilitas dan mobilitas menggunakan kendaraan pribadi
Fasilitas publik: Rumah sakit, sekolah, pasar, dan pusat perbelanjaan dalam radius 5-10 km
Konsep Transit-Oriented Development (TOD) menjadi sangat populer. Properti dalam radius jalan kaki dari simpul transportasi massal seperti stasiun KRL atau LRT menawarkan solusi atas masalah kemacetan dan efisiensi waktu.
Strategi bijak: Jika budget terbatas, pilih kawasan yang sedang berkembang dengan rencana infrastruktur baru (misalnya area yang akan dilalui LRT atau jalan tol baru). Harga properti di kawasan ini biasanya lebih terjangkau namun memiliki potensi kenaikan nilai signifikan dalam 3-5 tahun ke depan.
Beberapa kawasan di Jabodetabek memiliki potensi tinggi untuk pertumbuhan nilai properti dalam jangka panjang:
BSD City (Tangerang): Sudah lama dikenal sebagai kawasan premium dengan infrastruktur lengkap. Perkembangannya pesat dan harga tanah terus meningkat. Cocok untuk investasi jangka panjang dengan potensi sewa tinggi dari kalangan profesional dan ekspatriat.
Bekasi Timur: Harga masih kompetitif untuk pembeli pertama, namun proyek infrastruktur aktif seperti Tol Becakayu dan LRT Jabodebek mendorong kenaikan nilai tanah. Cocok untuk disewakan ke pekerja di kawasan industri.
Cibubur: Berada di titik strategis antara Jakarta Timur, Depok, dan Bogor. Infrastruktur seperti Tol Jagorawi dan proyek LRT Cibubur menjadikan kawasan ini semakin dilirik. Lingkungan asri, cocok untuk hunian jangka panjang dengan pertumbuhan nilai steady.
Depok (Sawangan, Cinere): Kawasan ini dekat Jakarta Selatan dengan harga lebih terjangkau. Akses commuter line dan rencana pengembangan Tol Serpong-Cinere membuat nilai properti berpotensi naik signifikan.
Bintaro: Berkembang pesat dengan konsep kota mandiri, dilengkapi sekolah, rumah sakit, mal, dan akses tol. Kawasan matang dengan permintaan rumah stabil dan nilai properti terus naik tiap tahun.
Saat Anda siap mencari properti di lokasi-lokasi strategis ini, cari properti impian Anda di Hoome dengan ribuan pilihan rumah dijual di seluruh Indonesia yang terverifikasi dan harga transparan.
Riset adalah fondasi keputusan pembelian rumah yang bijak. Mulailah dengan browsing online melalui platform properti terpercaya untuk melihat berbagai pilihan, membandingkan harga per meter persegi di berbagai kawasan, dan memahami tren pasar.
Setelah memiliki shortlist 5-10 properti potensial, jadwalkan kunjungan langsung. Datanglah pada hari kerja dan akhir pekan untuk merasakan suasana lingkungan yang berbeda. Perhatikan detail kondisi fisik bangunan: struktur dinding, atap, lantai, sistem kelistrikan, dan plumbing. Jika perlu, ajak tukang atau konsultan bangunan untuk inspeksi profesional.
Jangan lupa survey lingkungan sekitar: keamanan (tanya satpam atau warga), tingkat banjir (lihat tanda-tanda di dinding), kebisingan (dengarkan suara kendaraan atau industri), dan interaksi dengan tetangga untuk mengetahui dinamika komunitas.
Untuk melihat project properti baru dari developer terpercaya, Anda bisa mengakses listing lengkap dengan brosur dan info detail yang memudahkan perbandingan.
Setelah menemukan rumah yang tepat, langkah berikutnya adalah mengajukan KPR jika Anda tidak membeli cash. Persiapkan dokumen-dokumen berikut:
Dokumen pribadi:
Fotokopi KTP dan KK
NPWP dan SPT Tahunan 1 tahun terakhir
Slip gaji 3 bulan terakhir atau surat keterangan penghasilan
Buku tabungan 3 bulan terakhir (untuk melihat arus kas)
Surat nikah (jika menikah)
Dokumen properti:
Fotokopi sertifikat atau bukti kepemilikan
IMB (Izin Mendirikan Bangunan)
PBB tahun terakhir
Surat penawaran jual beli dari penjual
Pastikan riwayat kredit Anda baik dengan mengecek skor melalui SLIK OJK (dulu BI Checking). Hindari membuka jalur kredit baru setidaknya 1 tahun sebelum mengajukan KPR, dan lunasi utang kartu kredit tepat waktu setiap bulan untuk meningkatkan skor kredit.
Timeline proses KPR:
Pengajuan dan verifikasi dokumen: 1-2 minggu
Survey dan appraisal properti oleh bank: 1 minggu
Keputusan persetujuan: 1-2 minggu
Penandatanganan akad kredit: 1-2 hari
Pencairan dana: 1-2 minggu setelah akad
Total: 4-6 minggu dari pengajuan hingga pencairan
Kesabaran sangat penting dalam proses ini. Jika ditolak oleh satu bank, jangan putus asa—coba bank lain karena setiap bank memiliki kebijakan berbeda.
Langkah terakhir dan paling krusial adalah verifikasi legalitas properti. Ini melindungi Anda dari masalah hukum di masa depan yang bisa menguras waktu, biaya, dan energi.
Hal yang harus dicek:
Sertifikat tanah: Pastikan sertifikat asli (bukan fotokopi), cek di kantor BPN untuk memastikan keaslian
Status kepemilikan: Apakah penjual adalah pemilik sah? Cek kesesuaian nama di sertifikat dengan KTP penjual
Bebas sengketa: Tidak ada sengketa hukum, sitaan, atau klaim dari pihak lain
IMB: Bangunan memiliki izin mendirikan yang sah dan sesuai dengan kondisi fisik
PBB: Pajak Bumi dan Bangunan sudah dibayar lunas hingga tahun berjalan
Riwayat properti: Jika rumah second, tanyakan alasan penjualan dan riwayat renovasi
Semua proses legal ini harus dilakukan dengan bantuan PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah) atau notaris. Jangan skip tahap ini meski memakan biaya tambahan, karena PPAT memastikan transaksi sah secara hukum dan dokumen yang dikeluarkan otentik.
Setelah semua verifikasi selesai dan KPR disetujui, Anda akan melakukan akad jual beli di hadapan PPAT. Pada saat akad, pastikan semua dokumen dibaca dengan teliti sebelum ditandatangani. Setelah akad, proses balik nama sertifikat dimulai dan biasanya memakan waktu 1-3 bulan tergantung kelancaran administrasi di BPN.
Kesalahan terbesar pembeli rumah pertama adalah membeli properti di atas kemampuan finansial mereka. Godaan untuk membeli rumah yang "sedikit lebih mahal" sangat besar, apalagi jika sudah jatuh cinta pada properti tertentu. Namun, ini bisa menjadi bencana finansial jangka panjang.
Ingat rumus emas: cicilan rumah tidak boleh lebih dari 30% dari pendapatan kotor, dan harga rumah ideal adalah 5 kali pendapatan tahunan. Jika Anda dipaksa mengorbankan dana darurat, mencicil dengan tenor lebih dari 20 tahun, atau DP kurang dari 10%, itu adalah red flag bahwa rumah tersebut di luar kemampuan Anda.
Konsekuensi membeli di atas kemampuan: stres finansial berkepanjangan, tidak bisa menabung untuk kebutuhan lain, kualitas hidup menurun karena terlalu banyak income dialokasikan untuk cicilan, bahkan risiko gagal bayar yang berujung pada penyitaan rumah.
Solusinya: bersabarlah. Pilih rumah yang sesuai kemampuan saat ini, atau tunda pembelian beberapa tahun sambil meningkatkan penghasilan dan menabung DP lebih besar. Lebih baik beli rumah Rp 400 juta yang nyaman dicicil daripada rumah Rp 600 juta yang bikin Anda tercekik.
Banyak pembeli tergesa-gesa dan skip inspeksi menyeluruh karena takut properti diambil orang lain. Ini adalah kesalahan fatal. Inspeksi properti mengungkap kerusakan tersembunyi yang bisa menguras kantong Anda setelah pembelian.
Hal yang harus diinspeksi:
Struktur bangunan: Cek retakan di dinding, kemiringan lantai, kondisi fondasi
Atap: Pastikan tidak bocor, genteng lengkap, tidak ada kerusakan struktural
Sistem plumbing: Cek semua keran, saluran air, septik tank, dan cari tanda-tanda kebocoran
Sistem elektrikal: Pastikan instalasi aman, kapasitas listrik cukup, tidak ada kabel terbuka
Tanda-tanda banjir: Lihat bekas air di dinding, tanyakan ke tetangga tentang riwayat banjir
Hama: Cari tanda-tanda rayap, tikus, atau hama lainnya
Jika ditemukan kerusakan, Anda punya dua opsi: negosiasi harga untuk mengakomodasi biaya perbaikan, atau minta penjual memperbaiki dulu sebelum transaksi. Misalnya, jika rumah Rp 500 juta membutuhkan perbaikan Rp 30 juta, Anda bisa nego harga menjadi Rp 470 juta.
Untuk inspeksi profesional, pertimbangkan menyewa konsultan bangunan dengan biaya sekitar Rp 1-2 juta. Investasi ini bisa menghemat puluhan hingga ratusan juta rupiah dari biaya perbaikan tak terduga.
Pengecekan legalitas mungkin terasa merepotkan dan memakan waktu, namun ini adalah perlindungan terpenting Anda. Kasus sengketa tanah dan properti sangat banyak terjadi di Indonesia, dan kebanyakan disebabkan oleh kelalaian pengecekan legal di awal.
Risiko skip pengecekan legal:
Ternyata sertifikat palsu atau ganda (lebih dari satu sertifikat untuk tanah yang sama)
Properti masih dalam sengketa atau gugatan hukum
Penjual bukan pemilik sah (mungkin hanya kuasa jual tanpa izin yang benar)
Bangunan tidak berizin (IMB tidak ada atau tidak sesuai), berisiko pembongkaran
Pajak tidak dibayar bertahun-tahun, Anda mewarisi tunggakan
Semua risiko ini bisa dicegah dengan verifikasi dokumen yang proper. Investasi waktu 2-4 minggu untuk pengecekan ini jauh lebih murah dibanding bertahun-tahun terjebak dalam sengketa hukum yang menguras biaya advokat, waktu di pengadilan, dan stress mental.
Selalu libatkan PPAT yang kredibel dan berpengalaman. Jangan tergiur tawaran penjual untuk "mengurus sendiri" atau "percaya saja" tanpa verifikasi resmi. Rumah adalah aset terbesar dalam hidup Anda—perlakukan pembeliannya dengan serius dan profesional.
Membeli rumah pertama memang perjalanan panjang yang membutuhkan persiapan matang, kesabaran, dan komitmen. Namun, dengan panduan lengkap ini, Anda kini memiliki roadmap yang jelas: mulai dari persiapan finansial dengan rumus 30% cicilan maksimal dan harga rumah 5X pendapatan tahunan, memanfaatkan program pemerintah seperti KPR FLPP dan subsidi bunga 10%, hingga memilih lokasi strategis di kawasan penyangga Jakarta dengan potensi investasi tinggi.
Tiga kunci sukses membeli rumah pertama:
Persiapan finansial matang: Hitung kemampuan dengan realistis, sisihkan 20-30% untuk DP, plus 5-10% untuk biaya tambahan
Manfaatkan program pemerintah: KPR FLPP dengan bunga 5% dan subsidi bunga 10% adalah kesempatan emas di 2025
Pilih lokasi strategis: Kawasan penyangga seperti Bekasi, Depok, Tangerang, dan Bogor menawarkan harga terjangkau dengan aksesibilitas baik dan potensi kenaikan nilai
Jangan biarkan impian memiliki rumah hanya menjadi angan-angan. Mulai langkah pertama Anda hari ini! Cari properti impian Anda di Hoome dengan ribuan listing terverifikasi dari berbagai lokasi strategis. Platform Hoome memudahkan Anda membandingkan harga, melihat spesifikasi lengkap dengan foto HD, dan menghubungi penjual langsung.
Bagi Anda yang ingin menjual atau menyewakan properti, pasang iklan properti gratis di Hoome hanya dalam 2 menit dengan bantuan AI untuk membuat deskripsi yang informatif dan menarik. Dapatkan prospek berkualitas dari ribuan pembeli aktif di platform.
Untuk tips, panduan, dan inspirasi properti lainnya, jangan lupa kunjungi artikel-artikel informatif lainnya di blog Hoome. Wujudkan rumah impian Anda bersama Hoome—karena setiap orang berhak memiliki rumah yang nyaman dan terjangkau. Selamat berburu rumah pertama Anda! 🏡